A.
LATAR BELAKANG
Masalah
kemiskinan, dampaknya serta upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang
dari tahun ke tahun tak kunjung memberikan hasil yang menggembirakan membuat
semakin menariknya masalah ini untuk di bahas. selain itu makalah ini di buat
sebagai pembelajaran bagi para pembaca terutama bagi penulis. Maka dengan
alasan-alasan tersebutlah makalah ini di buat.
Masalah-masalah
ini diangkat dengan asumsi bahwa nyatanya di jaman globalisasi seperti sekarang
ini, kemiskinan di Indonesia masih saja merajalela dan seperti tak kunjung
usai. masalah ini menimbulkan masalah-masalah baru seperti pengangguran, dan
kekerasan yang belakangan ini sering terjadi di Indonesia dan akhirnya
pembangunan ekonomi Indonesia tidak berjalan lancar.
B.
PEMBAHASAN
I.
Kemiskinan Di Indonesia
Kemiskinan
menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.
Masalah
kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. di Indonesia masalah
kemiskinan seperti tak kunjung usai. masih banyak kita dapati para pengemis dan
gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar
seperti Jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari. Kini
di Indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Jumlah kemiskinan di Indonesia
pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen (www.bps.go.id).
Kemiskinan bukan semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural
dan struktural.
Hari
Susanto (2006) mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk menentukan
apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin atau
tidak bisa dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat
konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat
dilihat dari berbagai faktor. Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik,
maupun hukum.
Menurut
Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse (to
be) atau (martabat manusia) dan habere (to have) atau (harta atau kepemilikan).
Oleh sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks
habere. Orang miskin adalah orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu.
Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis semata.
Bila
kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk
mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi
mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat.
Krisis
ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat
negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita
buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Belum lagi
tingkat pengangguran yang meningkat “signifikan.” Jumlah pengangguran terbuka
tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi
buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan
“Nasi Aking.”
II.
Dampak Kemiskinan
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks,
diantaranya :
1.
Pengangguran.
Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan
dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat
pengeluaran rata-rata.
2.
Kekerasan.
Kekerasan-kekerasan
yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena
seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal.
Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga
keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok,
menodong, mencuri, atau menipu. belakangan banyak oknum-oknum yang menggunakan
modus penipuan melalui sms.
3.
Pendidikan
Tingkat
putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya
biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia
sekolah atau pendidikan. Karena untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah
kesulitan.
Kondisi
seperti ini membuat masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya
tingkat putus sekola berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang.
Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu
bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang
4.
Kesehatan
Seperti
kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik
pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
III.
Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia
Seperti
telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks
dan multidimensional yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme ekonomi,
sosial dan politik yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengentasan
kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah. Jadi,
memang tak ada jalan pintas untuk mengentaskan masalah kemiskinan ini.
Penanggulanganya tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa.
Komitmen
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Disamping turut menandatangani Tujuan
Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun 2015,
dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam pengentasan
kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk mengurangi angka
kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009.
Dalam
pelaksanaan program pengentasan nasib orang miskin, keberhasilannya bergantung
pada langkah awal dari formulasi kebijakan, yaitu mengidentifikasikan siapa
sebenarnya “si miskin” tersebut dan dimana ia berada. Kedua pertanyaan tersebut
dapat dijawab dengan melihat profil dari si miskin.
Ada
tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP
AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin
tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua,
ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan
batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong
miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar
kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator
pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah
Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.
Tiga
cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan
ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Masing-masing cara
tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia,
yaitu: kerentanan, sifat multi-dimensi dan keragaman antar daerah (lihat Tabel
1). Dengan kata lain, strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi
Indonesia terdiri dari tiga komponen:
•
Membuat Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Pertumbuhan
ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan kemiskinan.
Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan
kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan proses pertumbuhan
baik dalam konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan
berdasarkan daerah dan pulau.
Hal
ini sangat mendasar dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam
menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi
distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan
kemiskinan.
Membuat
pertumbuhan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan langkah untuk membawa
mereka pada jalan yang efektif untuk keluar dari kemiskinan. Hal ini berarti
memanfaatkan transformasi struktural yang sedang berlangsung di Indonesia yang
ditandai oleh dua fenomena. Pertama, sedang terjadi pergeseran dari kegiatan
yang berbasis pedesaan ke kegiatan yang berbasis perkotaan. Kedua, telah
terjadi pergeseran yang menonjol dari kegiatan bertani (farm) ke kegiatan
non-tani (non-farm). Transformasi ini menunjukan adanya dua jalan penting yang
telah diambil oleh rumah tangga untuk keluar dari kemiskinan di Indonesia.
1.
Peningkatan produktivitas pertanian.
2.
Peningkatan produktivitas non-pertanian, baik di daerah perkotaan maupun di
daerah pedesaan yang “dikotakan” dengan cepat.
•
Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Penyediaan
layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor
swasta-adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu
merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan kemiskinan di Indonesia.
Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya Angka Kematian Ibu
yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia
untuk masyarakat miskin.
Hal
ini lebih dari sekedar persoalan yang bekaitan dengan pengeluaran pemerintah,
karena berkaitan dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban, mekanisme
penyediaan layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri keragaman
antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap
layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian
indikator pembangunan manusia di berbagai daerah. Dengan demikian, membuat
layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci dalam
menangani masalah kemiskinan dalam konteks keragaman antar daerah.
Membuat
layanan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan perbaikan sistem
pertanggungjawaban kelembagaan dan memberikan insentif bagi perbaikan indikator
pembangunan manusia. Saat ini, penyediaan layanan yang kurang baik merupakan
inti persoalan rendahnya indikator pembangunan manusia, atau kemiskinan dalam
dimensi non-pendapatan, seperti buruknya pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Bidang lain yang memerlukan perhatian adalah perbaikan akses bagi masyarakat
miskin terhadap pelayanan untuk menekan kesenjangan antar daerah dalam hal
indikator pembangunan manusia.
Di
bidang pendidikan, salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus
sekolah di masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke
SMP. Dalam menyikapi aspek multidimensional kemiskinan, upaya-upaya hendaknya
diarahkan pada perbaikan penyediaan layanan, khususnya perbaikan kualitas
layanan itu sendiri. Upaya-upaya tersebut dapat di wujudkan dalam bentuk :
1.
Meningkatkan tingkat partisipasi sekolah menengah pertama
2.
Layanan kesehatan dasar yang lebih baik untuk masyarakat miskin maupun untuk
penyedia layanan.
3.
Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat miskin dalam mengakses air bersih
dan sanitasi.
4.
Perjelas tanggungjawab fungsional dalam penyediaan layanan.
5.
Perbaiki penempatan dan manajemen PNS.
6.
Berikan insentif lebih besar untuk para penyedia layanan.
•
Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Di
samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran
pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi
kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan). Pertama,
pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan
terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan
sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi
ketidakpastian ekonomi.
Kedua,
pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator
pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek
non-pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat
menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang dari sisi fiscal yang
ada di Indonesia saat kini.
Pengurangan
subsidi BBM merupakan langkah besar ke arah pengeluaran publik pemerintah yang
lebih berpihak pada masyarakat miskin. Sampai saat ini, pengeluaran pemerintah
tidak selalu bisa secara efektif mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat
miskin untuk keluar dari kemiskinan. Ketika pemerintah memperoleh kelonggaran
fiskal menyusul realokasi subsidi BBM yang regresif, penting untuk memastikan
bahwa pengeluaran tersebut benar-benar berdampak positif bagi masyarakat
miskin.
Sekarang
pemerintah mempunyai kesempatan untuk menangani masalah kerentanan tinggi
masyarakat miskin di Indonesia dengan cara mengarahkan belanja pemerintah ke
dalam sistem jaminan sosial yang mampu mengurangi kerentanan tersebut. Salah
satu komponen penting dari realokasi pengeluaran pemerintah adalah memusatkan
perhatian pada upaya peningkatan penghasilan masyarakat miskin. Pengeluaran pemerintah
yang bisa berdampak langsung pada peningkatan penghasilan juga akan berdampak
positif pada penanganan kemiskinan. Salah satu prioritas yang bisa
dikedepankan-dan telah dimulai oleh pemerintah-ialah memperluas cakupan
pembangunan berbasis masyarakat (community driven development atau CDD).
E.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
•
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
•
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks,
diantaranya : pengangguran, kekerasan, masalah pendidikan dan masalah
kesehatan.
•
Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK).
•
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional. Kedua, ukuran
kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas
kemiskinan yang sebenarnya. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya
wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari
kemiskinan di Indonesia.
•
Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui
pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.
2.
Saran
•
Masalah kemiskinan hendaknya menjadi prioritas agar tidak menimbulkan
masalah-maslah lain.
•
Dalam hal pengentasan kemiskinan perlu diperhitungkan kebijakan-kebijakan apa
yang cocok dengan profil kemiskinan yang sedang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Faisal.
1995. Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI. Erlangga : Jakarta.
05.46 |
Category:
Ekonomi
|
0
komentar
Comments (0)