Rasanya ini novel buatan orang Indonesia dengan setting Jepang pertama yang saya baca. Sakura Wish bercerita soal Yoshinara Keiko, seorang gadis SMA, yang pindah dari Tokyo ke Kyoto. Di sana dia bertemu dengan tiga orang yang berarti baginya: Takahiro Kenichi, Ishikawa Hiroyuki, dan Tachibana Ryuji. Pada akhirnya, apakah kepindahannya ke Kyoto akan membawanya pada sebuah kisah percintaan?

Novel yang ditulis dengan setting yang baik. Dari deskirpsi yang diberikan, penulis tampaknya cukup melakukan riset tentang jalan-jalan dan kondisi di sana. Percakapan antar karakter juga dibuat sesopan mungkin. Mengingat tingkat kesopanan orang di sana (walau saya tidak tahu apakah anak mudanya juga sesopan itu, atau agak lebih santai. Khususnya kalau bicara dengan sesama anak muda).

Tokoh Keiko sendiri tipikal si cewek sempurna. Pintar, jago olahraga, dan cantik. Agak membosankan karena tidak diperlihatkan kelemahan yang dimiliki oleh Keiko.

Tokoh-tokoh banyak yang muncul secara tiba-tiba. Hiroyuki yang muncul di bukit belakang sekolah, Ryuji yang muncul di pesta ulang tahun Naomi, teman sekolah Keiko, dan tiba-tiba meminta Keiko jadi pacarnya. Menurutku kalau memang mereka mau dimunculkan, munculkan saja sejak awal. Tidak perlu secara fisik. Sebut namanya satu kali dalam percakapan juga sudah cukup.

Percintaan antara Keiko dengan Ryuji kurang meyakinkan buat saya. Bukan hanya karena Ryuji main muncul langsung nembak, tapi juga karena tidak ada atmosfer yang cukup terbangun di antara mereka. Hal ini menyebabkan kematian Ryuji jadi tidak berarti bagi saya. Tidak terasa sedih sama sekali. Malah buat saya akan lebih sedih kalau Kenichi yang meninggal.

Ya, secara keseluruhan saya rasa novel ini banyak unsur reverse harem shoujo manga-nya (komik cewek dengan tokoh utama gadis yang disukai banyak pria). Si cowok ceria yang suka pada tokoh utama tapi tidak berani mengutarakan, si cowok tampan yang tiba-tiba suka pada tokoh utama, dan si pendiam dan misterius yang menarik perhatian tokoh utama.

Novel ini menunjukkan bahwa pengarang mengerti cukup banyak soal Jepang (Kyoto dalam hal ini) dan kebudayaannya. Sayang hal ini tidak dibalut dengan penokohan dan adegan yang kuat.

Comments (0)